REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arkeolog Prof Naniek H Wibisono meyakini, nenek moyang orang Madagaskar adalah orang-orang Indonesia yang 1.200 tahun lalu datang ke negara pulau di lepas pesisir timur Afrika itu untuk melakukan misi dagang.
"Saya yakin mereka (orang-orang Indonesia) datang ke Madagaskar dalam rangka dagang," kata peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional itu dalam diskusi tentang keragaman genetik manusia dan pengembaraannya di Jakarta, Senin (16/4).
Dalam seminar yang diselenggarakan Lembaga Eijkman dan sejumlah lembaga ilmiah seperti Massey University (Selandia Baru), University of Arizona (AS) dan Universite de Toulouse (Prancis) itu Naniek menjelaskan, hal itu antara lain tampak dari kemiripan benda-benda bersejarah di Madagaskar dan Indonesia.
Peninggalan bersejarah di Madagaskar yang mirip dengan benda-benda bersejarah Indonesia antara lain perahu bercadik, instrumen musik seperti gamelan, bukti budaya seperti teknik memproses besi serta bercocok tanam padi dan umbi-umbian.
Hal senada dikatakan Prof Herawati Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang meneliti pengembaraan manusia Indonesia (Austronesia) dari sisi genetik. Ia mengatakan, orang Madagaskar (Malagasi) adalah keturunan dari moyang campuran antara orang Afrika dan Indonesia.
"Nenek moyang orang Madagaskar asal Indonesia itu, berdasarkan studi genetik, datang ke pulau itu pada 1.200 tahun lalu, namun belum diketahui secara khusus datang dari wilayah Indonesia yang mana," kata Herawati.
Penelitian Herawati yang melihat marka genetik DNA Mitokondria juga menunjukkan dari 2.745 sampel nenek moyang Madagaskar, sebanyak 30 di antaranya perempuan Indonesia.
"Kami sedang dalam proses menganalisis DNA dari kromosom Y yang bisa menjawab pertanyaan tentang moyang laki-laki dari Indonesia. Karena kami juga ingin tahu bagaimana 30 perempuan itu bisa datang ke Madagaskar 1.200 tahun lalu. Apakah mereka datang bersama para laki-laki juga," katanya.
Ditambahkannya, selain sampel dari 2.745 individu dari 12 pulau Indonesia (Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba, Flores, Lembata, Alor, Pantar dan Timor) juga diambil sampel 266 individu berasal dari tiga populasi di Madagaskar.
"Yakni Mikea yang merupakan pemburu di hutan, Vezo nelayan di pantai dan Merina yang hidup di dataran tinggi. Ketiga populasi ini sengaja diambil dari etnik yang terisolasi karena lebih murni belum bercampur dengan banyak etnis lain," katanya.
Hasil riset genetik juga menunjukkan, 70 persen Malagasi memiliki ikatan maternal dengan kepulauan Asia Tenggara.
"Pulau Madagaskar yang memiliki luas 592.800 kilometer persegi berjarak 400 kilometer dari pantai timur Afrika dan 6.400 kilometer dari ujung barat Indonesia namun secara genetik, bahasa dan budayanya didominasi oleh Indonesia," tuntas Herawati
SUMBER
Ternyata Bahasa Penduduk Madagaskar Meminjam Bahasa Indonesia
Jakarta - Bahasa Indonesia tenyata bukan saja sebagai bahasa yang menyatukan penduduk Indonesia, tetapi menjadi bahasa yang berjasa dalam perkembangan bahasa pada bangsa lain. Penduduk Pulau Madagaskar, menjadi penduduk dengan akar sejarah bahasa Indonesia.
"Bahasa Malagasi (penduduk Madagaskar), merupakan satu-satunya bahasa dalam rumpun Austronesia di Afrika. Mereka banyak meminjam kata dari bahasa Sanskrit (modifikasi bahasa melayau dan jawa kuno) yang dulu dipakai pada zaman Kerajaan Sriwijaya,” ujar Prof. Herawati Sudoyo, peneliti di Eijkman Institute for Molecular Biology, Jl. Dipenogoro 69 Jakarta, Senin (16/4/2012).
Ia mencontohkan, kata ‘lapa’ dalam malagasi berasal dari kata sanskrit ‘mandapa’, yang berarti istana atau beranda terbuka. Kata ‘s-um-undrara’ dalam malagasi, berasal dari kata ‘sundara’ dalam sanskrit, yang berarti tampan.
“Kata pinjaman dari Sanskrit memberikan indikasi Madagaskar dihuni oleh pemukim dari Kerajaan Sriwijaya pada abad 6 sampai 13 Masehi),” imbuhnya.
Dari asal mula bahasa malagasi (Madagaskar) yang meminjam bahasa sanskrit (Indonesia), para peneliti mendapati bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia.
"Kelompok yang memiliki bahasa sama, umumnya berasal dari nenek moyang yang sama pula," ungkapnya.
Sebelumnya, Herawati beserta tiga orang peneliti lain asal New Zealand, Arizona, dan Perancis telah melakukan penelitian sejak tahun 2005 untuk menjawab misteri nenek moyang penduduk Madagaskar. Dari penelitian yang dilakukan selama tujuh tahun tersebut, didapati bahwa nenek moyang asli penduduk Madagaskar adalah perempuan asal Indonesia yang berlayar ke Madagaskar 1.200 tahun silam.
"Penelitian yang kita lakukan adalah melalui pencocokan DNA, yaitu 2.745 DNA penduduk Indonesia dengan 266 penduduk asal Madagaskar. Walau hasilnya sudah diperoleh, tapi baru DNA yang wanitanya, kami harus juga melakukan pencocokan DNA pada pria Indonesia dan Madagaskar,"tuturnya.
SUMBER
ADS HERE !!!