11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12. atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14. Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
Asbabun Nuzul
Imam Ibnu Munzir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a.
yang menceritakan, bahwa Abu Jahal telah berkata kepada teman-teman
senadinya, "Apakah kalian menginginkan supaya muka Muhammad dilumuri
dengan pasir di hadapan kalian?" Mereka menjawab, "Ya." Lalu Abu Jahal
melanjutkan perkataannya, "Demi Lata dan Uzza, jika aku melihat dia
sedang melakukan salat, maka benar-benar aku akan injak lehernya dan
menaburkan pasir pada mukanya." Maka Allah menurunkan firman-Nya,
"Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas." (Q.S. Al
'Alaq, 6, dan seterusnya).
Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan sesungguhnya Rasulullah saw. sedang
melakukan salat, tiba-tiba muncul Abu Jahal mendatanginya seraya
mencegahnya. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Bagaimana pendapatmu
tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan
salat." (Q.S. Al 'Alaq, 9-10) sampai dengan firman-Nya, "(yaitu)
ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Q.S. Al 'Alaq, 16)
TAFSIR IBNU KATSIR
Tafsir Surat Al-'Alaq: 1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah
yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa mimpi yang benar dalam
tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan
datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.
Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke
Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang
berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian
beliau pulang ke rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi
untuk melakukan hal yang sama. Pada suatu hari ia dikejutkan dengan
datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke
dalam gua menemuinya, lalu berkata, ""Bacalah!"" Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, ""Aku
bukanlah orang yang pandai membaca."" Maka malaikat itu memegangku dan
mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia
melepaskan diriku dan berkata lagi, ""Bacalah!"" Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, ""Aku bukanlah orang yang pandai membaca.""
Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar
aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, ""Bacalah!"" Aku
menjawab, ""Aku bukanlah orang yang pandai membaca."" Malaikat itu
kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar
kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkata: Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1) sampai dengan
firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 5) Maka setelah itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang dengan hati yang gemetar
hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabda: Selimutilah aku,
selimutilah aku! Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap.
Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, ""Mengapa
engkau?"" Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kepadanya
kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, ""Sesungguhnya aku merasa
takut terhadap (keselamatan) diriku."" Khadijah berkata, ""Tidak
demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang
suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang
kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang
tertimpa musibah."" Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu
Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay.
Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia
adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan
pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa
Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah
seorang yang telah lanjut usia dan tuna netra. Khadijah bertanya,
""Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu
ini."" Waraqah bertanya, ""Wahai anak saudaraku, apakah yang telah
engkau lihat?"" Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya.
Setelah itu Waraqah berkata, ""Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang
pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan
aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu.""
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memotong pembicaraan, ""Apakah
benar mereka akan mengusirku?"" Waraqah menjawab, ""Ya, tidak
sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang
engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat
menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang
sekuat-kuatnya."" Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu pun
terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam merasa sangat sedih.
Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat,
maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak
bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak
bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan
dirinya dan berkata kepadanya, ""Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau
adalah utusan Allah yang sebenarnya,"" maka tenanglah hati beliau karena
berita itu, lalu kembali pulang ke rumah keluarganya.
Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk
melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit,
kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan
kepadanya hal yang sama. Hadits ini diketengahkan di dalam kitab
Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan tentang hadits
ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab
syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap.
Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan
untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di sana. Mula-mula
wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi
diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh
Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat
yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini
terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan
manusia, yaitu dari 'alaqah.
Dan bahwa di antara kemurahan Allah subhanahu wa ta’ala ialah Dia telah
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti
Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu
merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar (Adam)
dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada
di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu
itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan.
Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek
lainnya, tetapi tidak sebaliknya.
Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)
Di dalam sebuah atsar disebutkan, ""Ikatlah ilmu dengan tulisan."" Dan
masih disebutkan pula dalam atsar, bahwa barang siapa yang mengamalkan
ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang
belum diketahuinya.
Tafsir Surat Al-'Alaq: 6-19
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia
melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah
kembali (mu). Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang
hamba ketika dia mengerjakan shalat. Bagaimana pendapatmu jika orang
yang dilarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa
(kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu
mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sesungguhnya jika dia
tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya,
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami
akan memanggil Malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu
patuh kepadanya; sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). Allah
subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal manusia, bahwa manusia itu
adalah makhluk yang mempunyai kesenangan, jahat, angkuh, dan melampaui
batas apabila ia melihat dirinya telah berkecukupan dan banyak hartanya.
Kemudian Allah mengancamnya dan memperingatkan kepadanya melalui firman
berikutnya: Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu).
(A1-'Alaq: 8) Yakni hanya kepada Allah-lah kamu kembali dan berpulang,
lalu Dia akan mengadakan perhitungan terhadap hartamu dari manakah kamu
hasilkan dan ke manakah kamu belanjakan? Ibnu Abu Hatim mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ismail As-Sa'ig, telah
menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aim, telah menceritakan kepada kami
Abu Umais, dari Aun yang telah mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud
pernah mengatakan bahwa ada dua orang yang haus dan tidak pernah merasa
kenyang, yaitu orang yang berilmu dan orang yang memiliki harta; tetapi
keduanya tidak sama.
Adapun orang yang berilmu, maka bertambahlah rida Tuhan Yang Maha
Pemurah kepadanya. Adapun orang yang berharta, maka dia makin tenggelam
di dalam kesesatannya (sikap melampaui batasnya). Kemudian Abdullah ibnu
Mas'ud membacakan firman-Nya: Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. (Al-'Alaq: 6-7)
Dan terhadap orang yang berilmu, Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman
Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. (Fathir: 28) Hal yang semakna
telah diriwayatkan pula secara marfu' sampai kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: Ada dua macam orang yang rakus
selalu tidak merasa kenyang, yaitu penuntut ilmu dan pemburu duniawi.
Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya: Bagaimana pendapatmu
tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan
shalat. (Al-'Alaq: 9-10) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
sikap Abu Jahal laknatullah. Dia mengancam Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bila melakukan shalat di Baitullah. Maka Allah subhanahu wa
ta’ala pada mulanya menasihati Abu Jahal dengan cara yang terbaik, untuk
itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Bagaimana pendapatmu jika
orang yang dilarang itu berada di atas kebenaran. (Al-'Alaq: 11) Yakni
bagaimanakah menurut pendapatmu jika orang yang kamu larang ini berada
di jalan yang Iurus dalam sepak terjangnya. Atau dia menyuruh bertakwa
(kepada Allah)? (Al-'Alaq: 12) melalui ucapannya, sedangkan engkau
menghardiknya dan mengancamnya bila ia mengerjakan salatnya. Karena
itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Tidakkah dia mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? (Al-'Alaq: 14) Artinya,
tidakkah orang yang melarang orang yang mendapat petunjuk itu
mengetahui bahwa Allah melihatnya dan mendengar pembicaraannya, dan
kelak Dia akan membalas perbuatannya itu dengan balasan yang setimpal.
Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala memperingatkan dan mengancam
dengan ancaman yang keras: Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti.
(Al-'Alaq: 15) Yaitu tidak lagi menghentikan perbuatannya yang selalu
bermusuhan dan ingkar. niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. (Al-'Alaq: 15)
Yakni niscaya Kami benar-benar akan memberinya tanda hitam kelak di hari
kiamat. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: (yaitu) ubun-ubun
orang yang mendustakan lagi durhaka. (Al-'Alaq: 16) Maksudnya, ubun-ubun
Abu Jahal yang pendusta dalam ucapannya lagi durhaka dalam
perbuatannya. Maka biarlah dia memanggil golongannya. (Al-'Alaq: 17)
Yakni kaumnya dan kerabatnya, biarlah dia memanggil mereka untuk
menolongnya. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah. (Al-'Alaq:
18) Mereka adalah malaikat juru siksa; sehingga dia mengetahui siapakah
yang menang, apakah golongan Kami ataukah golongan dia? .
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah
menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abdul Karim
Al-Jazari, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Abu
Jahal berkata, ""Sesungguhnya jika aku melihat Muhammad sedang shalat di
dekat Ka'bah, aku benar-benar akan menginjak lehernya."" Maka ancaman
itu sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya jika dia melakukan
niatnya, benar-benar malaikat akan mengambilnya (menghukumnya). Kemudian
Imam Bukhari mengatakan bahwa periwayatan hadits ini diikuti oleh Amr
ibnu Khalid, dari Ubaidillah ibnu Arar, dari Abdul Karim.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasai
di dalam kitab tafsir masing-masing melalui jalur Abdur Razzaq dengan
sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari
Abu Kuraib, dari Zakaria ibnu Addi, dari Ubaidillah ibnu Amr dengan
sanad yang sama. Imam Ahmad dan Imam At-Tirmidzi serta Imam An-Nasai dan
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya, yang hadits berikut berdasarkan lafal
yang ada pada Ibnu Jarir, melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sering melakukan shalat di dekat maqam
Ibrahim.
Maka lewatlah kepadanya Abu Jahal ibnu Hisyam, lalu berkata, ""Wahai
Muhammad, dengan apakah engkau mengancamku? Ketahuilah, demi Allah,
sesungguhnya aku adalah penduduk lembah ini yang paling banyak
pendukungnya."" Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami
akan memanggil Malaikat Zabaniyah. (Al-'Alaq: 17-18) Ibnu Abbas
mengatakan bahwa seandainya Abu Jahal memanggil golongannya (para
pendukungnya), niscaya saat itu juga malaikat azab akan mengambilnya.
Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini kalau tidak hasan, shahih.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu
Yazid alias Abu Yazid, telah menceritakan kepada kami Furat, dari Abdul
Karim, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Jahal
pernah berkata, ""Sesungguhnya jika aku melihat Rasulullah sedang
mengerjakan shalat di dekat Ka'bah, benar-benar aku akan menginjak
lehernya (saat ia sujud)."" Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seandainya dia melakukan
niatnya itu, niscaya malaikat akan mengambilnya secara terang-terangan.
Dan seandainya orang-orang Yahudi mengharapkan mati, niscaya mereka
benar-benar mati dan akan melihat tempat kedudukan mereka di dalam
neraka. Dan seandainya orang-orang yang bermubahalah dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar (untuk melakukannya), niscaya saat
mereka pulang ke rumahnya, mereka tidak akan menjumpai harta dan juga
keluarga (mereka). Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Al-Walid ibnul
Aizar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah mengatakan
bahwa sesungguhnya jika Muhammad kembali ke maqam Ibrahim untuk
melakukan shalat, aku benar-benar akan membunuhnya.
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1) Sampai dengan firman-Nya: niscaya Kami
tarik ubun-nbunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi
durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
kelak Kami akan memanggil MalaikatZabaniyah. (Al-'Alaq: 15-18) Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam Datang dan melakukan salatnya. Lalu
dikatakan kepada Abu Jahal, ""Mengapa engkau mengurungkan niatmu dan
tidak melakukannya?"" Abu Jahal menjawab, ""Sesungguhnya ada bala
tentara yang banyak sekali yang menghalang-halangi antara aku dengan
dia."" Ibnu Abbas mengatakan bahwa demi Allah, seandainya Abu Jahal
bergerak, benar-benar malaikat akan mengambilnya dengan terang-terangan,
sedangkan orang-orang menyaksikannya.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, dari ayahnya,
telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Abu Hindun, dari Abu Hazim,
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Abu Jahal pernah berkata,
""Maukah kalian melihat wajah Muhammad ditaburi dengan debu di hadapan
kalian?"" Mereka menjawab, ""Ya."" Abu Hurairah melanjutkan, bahwa lalu
Abu Jahal mengatakan, ""Demi Lata dan 'Uzza, sesungguhnya jika aku
melihat Muhammad sedang shalat seperti ini (sujud), aku benar-benar akan
menginjak lehernya dan benar-benar akan menaburkan debu ke mukanya.""
Maka datanglah Abu Jahal kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang sedang mengerjakan shalat dengan maksud akan menginjak lehernya.
Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa maka tiada yang mengejutkan
mereka yang menyaksikan Abu Jahal melainkan karena mereka melihat Abu
Jahal surut mundur ke belakang dan melindungi wajahnya dengan kedua
tangannya. Ketika ditanyakan kepadanya, ""Mengapa engkau?"" Abu Jahal
menjawab, ""Sesungguhnya antara aku dan dia terdapat parit api dan
pemandangan yang sangat menakutkan serta banyak sayap."" Abu Hurairah
melanjutkan, bahwa lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: Seandainya dia mendekat kepadaku, niscaya malaikat akan
mencabik-cabik tubuhnya anggota demi anggota.
Perawi mengatakan bahwa lalu Allah menurunkan firman-Nyaapakah hal ini
terdapat di dalam hadits Abu Hurairah ataukah tidak? saya tidak
mengetahui, yaitu: Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas. (Al-'Alaq: 6), hingga akhir surat. Imam Ahmad ibnu
Hambal, Imam Muslim, Imam An-Nasai, dan Ibnu Abu Hatim telah
meriwayatkannya melalui Mu'tamir ibnu Sulaiman dengan sanad yang sama.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: sekali-kali jangan, janganlah kamu
patuh kepadanya. (Al-'Alaq: 19) Yakni wahai Muhammad, janganlah kamu
patuh kepada orang itu yang melarang kamu melakukan rutinitas ibadahmu,
melainkan teruskanlah salatmu menurut yang kamu sukai.
Janganlah engkau pedulikan dia, karena sesungguhnya Allah-lah yang
memeliharamu dan menolongmu, dan Dia akan memelihara kamu dari gangguan
orang lain. dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (Al
Alaq: 19) Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits shahih yang
ada pada Imam Muslim melalui jalur Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul
Haris, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Samiy, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
Tempat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tukannya ialah saat
ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa (padanya).
Dan dalam hadits terdahulu telah disebutkan pula bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sujud tilawah pada surat
Insyiqaq dan Al-'Alaq. Demikianlah akhir tafsir surat Al-'Alaq, segala
puji bagi Allah atas karunia-Nya.